Akhir-akhir ini mungkin aku memikirkan yang seharusnya engga usah aku pikirkan.
"Aku tak tahu apa yang terjadi antara aku dan kau"
Lagu ini mengalun pelan di telinga kiri ke kanan dari hati lalu ke perasaan.
Disini lah aku di warkop, dengan segala cerita yang ada. Tempat terbaik untuk bertemu. Baik itu pekerja, pensiunan dan mahasiswa. Malam ini aku menggunakan earphone di kedua telinga, dan bandrek yang rasanya tetap sama.
Tak lama, datanglah pasangan dengan raut wajah kusut. Tiba-tiba duduk di depan meja ku. Aku pun dengan sengaja mematikan lagu tapi tetap dengan earphone di telinga, percakapan mereka kurang lebih seperti ini.
“Kayanya kita gabisa sama-sama lagi” ujar wanita itu
“Hah? Setelah yang aku dan kamu lalui, kamu mendadak ingin pergi?” jawab pria di depannya.
“Iya, kita gabisa terus begini. Suamiku bisa tau”
Mereka nampaknya tidak tahu kalau aku dapat dengar dengan jelas percapan mereka.
“Aku mau terus sama kamu, aku ga peduli lagi sama suami kamu, biar kita yang hadapi sama-sama” nada pria itu meninggi.
“Udah gila kamu ya, aku gabisa. Aku istri dia, aku tetep milih dia”
“Jadi dari sini kita coba buat membenci” lanjut si wanita
Setelahnya aku lupa. Tapi aku ingat akhirnya, si wanita menangis terisak keluar warkop, lalu masuk ke mobil dan si pria mencoba mengejarnya.
Akupun mem-play lagu itu kembali.
"yang kutahu pasti kubenci untuk mencintaimu"
Aku mulai mendapatkan makna dari lagu ini. Dua hati yang saling mencintai tapi dipaksa saling membenci.
"Aku tak tahu apa yang terjadi antara aku dan kau"
Tak lama, datanglah pasangan dengan umur kira-kira awal dua puluhan, yang tidak mungkin salah satu dari mereka telah menikah dan memilih selingkuh.
Mereka duduk di seberang belakang meja ku. Kali ini aku melanjutkan lagi untuk mendengarkan lagunya. Dan tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka.
“Sudahlah, kita itu udah gabisa sama-sama lagi, perasaanku ke kamu itu udah berubah” ujar si wanita.
“Please, kasih aku kesempatan lagi, kali ini aku beneran, aku pengen mengubah diriku lebih baik lagi. Ayolah, kali ini aja” tangkas si cowo dengan nada yang coba menyakinkan lawan bicaranya.
“Kesempatan apa lagi? Aku itu sudah berikan kamu lebih dari 10 kesempatan, ada ga yang kamu buktikan? Tidak ada. Kamu tau 5 bulan dalam waktu yang panjang aku menahan rasa sakit ini, kamu caci maki aku, kamu ga peduli lagi sama aku, perasaanmu udah ga sayang lagi ke aku. Aku menahan semuanya, tau gak?! Wajar dong sekarang aku capek, wajar dong kalau aku mau sudahi hubungan ini”
Yes! Disinilah serunya!
“nggg…”
Lama sekali, aku menunggu jawaban si cowo ini.
“Aku gatau udah berapa kali kamu nyakitin aku, aku juga gatau udah berapa kali aku mengemis cinta ke kamu. Tapi anehnya selama kamu buat aku tersiksa seperti ini, aku ga bisa benci sama kamu, aku tetep cinta sama kamu. Aku itu benci begini, aku benci masih cinta sama kamu” timpal si wanita dengan nada tinggi dan menahan isak tangisnya demi perkataan tadi.
Belum sempat si cowo membalas perkataan si wanita, lagi-lagi kali ini si wanita duluan yang keluar dari warkop. Tapi kali ini dia mencoba berlari entah kemana, dengan tangisan yang tak kalah histeris dari wanita yang selingkuh tadi.
Jam menunjukan pukul sembilan malam, aku pun mulai bosan di sini dan mem-play kembali lagu ini, berniat mengakhiri satu lagu ini saja. Ini sudah hampir di akhir lagu. Sayup terdengar begitu pelan temponya.
"Yang kutahu pasti kubenci untuk mencintaimu"
Ditulis: Fanny Indra Pratama
Tidak ada komentar :
Posting Komentar