Akhir-akhir ini aku suka keluar sendiri. Jalan kaki sambil menikmati lagu, atau kadang mendengarkan isi kepala sendiri. Melamun, melamun, melamun, tahu-tahu sudah di ujung perbatasan. Sesekali duduk di bangku sambil meminum air dari botol dan melihat orang berlalu-lalang. Trik ini kupelajari dari temenku: Kalau perasaan sedang tidak karuan, coba pergi ke tempat ramai orang berkegiatan. Pasar, terminal, dan stasiun. Denyut kehidupan mustinya membuatmu sadar bahwa kamu tidak menderita sendirian. Tapi trik ini tidak berhasil untuk ku. Ntah kenapa tiap mencobanya aku merasa seperti ada yang ganjal dalam perasaan ini.
Bangku disebelahku terlihat kosong, aku menatap langit biru dari kejauhan sambil bergumam "Kalau ini sudah jadi takdir ku, aku ikhlas ya Tuhan".
Di ujung sepatu ku ada sebuah bongkahan batu aspal kecil berwarna hitam, ku ambil batu itu dan ku lihatin dalam keadaan pikiran kosong. Aku percaya batu ini sebelumnya sudah berpindah-pindah dari sepakan kaki ke kaki, dan akhirnya batu itu berhenti tepat di ujung sepatu ku.
Aku tau batu ini tidak bisa berbicara tapi kuberharap dia bisa mendengarkan, hey batu, bulan ini aku menemukan diriku yang paling hancur. Tapi aku juga menemukan diriku yang paling kuat. Di hari terakhir sedihku ini, aku melangitkan semua do'aku. Agar di hari pertama, aku usai dengan rasa sakitku, aku tak lagi jatuh pada pikiranku, akan kutulis semua harapan baik disetiap hariku, aku berprangsaka baik kepada hidup, barangkali ia tersentuh dan tak tega memberi kita hal-hal buruk.
Dengan dihadapkan situasi seperti ini, akhirnya aku sadar dan sedikit paham tentang harapan untuk tidak berharap lebih maupun kurang. Terkadang hidup tak berjalan seperti apa yang kita rencanakan.
Setelah berbicara kepadamu (batu aspal hitam) Semoga aku tak terlalu lama merasakan pahit, semoga aku tak terlalu banyak memakan manis, sebab hidup tak pernah mengajariku mengecap hambar.
Langit Tuhan mulai memerah dan malampun bentar lagi menunjukan wujudnya. Aku pulang dulu ya batu, aku letakin di mana pertama kali aku menemuimu. Terimakasih sudah mau mendengarkan ocehan remeh temeh ini. Selalu ada hal baik dari pertemuan kita sore ini. Bye 👋
Kemana langkahku pergi
Slalu ada bayangmu
Ku yakin makna nurani
Kau takkan pernah terganti
Saat lautan kau sebrangi
Janganlah ragu bersauh
Ku percaya hati kecilku
Kau takkan berpaling
Chrisye, 1997
Aku, sayang kamu, selalu.
Ditulis: Fanny indra Pratama
Tidak ada komentar :
Posting Komentar