Daftar Blog Saya

SOCIAL MEDIA

Sabtu, 22 November 2025

Surat Cinta Buat Anakku

 


Nak, mungkin saat kamu membaca surat ini, kamu sudah menjadi seseorang yang hidup di dunia penuh logika dan teknologi. Kamu bisa melihat manusia-manusia bergantungan dengan dunia digital yang canggih, kode dengan cekatan, merancang sistem dengan rapi, dan mengelola waktu seolah semuanya bisa diatur dengan algoritma. Tapi hari ini, Bapak ingin bicara bukan tentang teknologi. Melainkan tentang kehidupan dan cinta. Karena, pada akhirnya, cinta juga butuh logika, dan logika juga butuh cinta.

Bapak pernah muda, Nak. Pernah merasa dunia ini sesempit layar monitor, dan cinta seindah interface yang baru dirancang. Dulu Bapak pikir, cinta itu bisa dikompilasi seperti pertandingan sepak bola, cukup dengan latihan, usaha dan kerja keras, maka akan menang. Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Cinta, adalah sistem yang tak punya dokumentasi lengkap, Nak. Kadang kamu harus menebak fungsinya, mengulang prosesnya, dan memperbaiki apa yang salah. Dan bapak pernah gagal, bukan karena kurang cinta, tapi karena kurang sabar.

Bapak pernah mencintai seseorang dengan terburu-buru, terlalu yakin versi awal hubungan kami sudah sempurna. Seperti penyerang yang berhasil mencetak double hattrick ke gawang rival dalam satu pertandingan. Nyatanya dalam sepak bola pemain terbaik tidak bisa langsung dinobatkan dalam satu pertandingan, Bapak dulu melangkah cepat karena ingin segera “jadi”. Tapi waktu mengajarkan, bahkan
Sepak bola paling indah pun bisa kalah kalau tidak disertai dengan kerja cerdas.

Ketika masalah datang, bukannya khawatir dengan hati dingin, Bapak justru menambah masalah dengan emosi. Hingga akhirnya, hubungan itu crash. Bukan karena dia buruk, tapi karena Bapak belum belajar menunggu.

Itulah, Nak, pentingnya kesabaran. Dalam Sepak bola maupun cinta, kemenangan terbaik lahir dari proses yang sabar dan kerja keras. Seperti build serangan yang memakan waktu, begitu pula hati yang sedang belajar. Jangan takut jika cintamu belum berjalan mulus, mungkin Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik. Kata legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona “Belajarlah dari sepak bola, ketika tim itu menang dan berhasil juara, itu karena kerja keras. Keberuntungan tidak ada hubungannya dengan kesuksesan”.

Kenalilah duniamu sebagaimana kamu mengenali dirimu. Lakukan apa yang buat kamu senang. Temukan di mana ego bersembunyi, perbaiki logika cintamu yang salah arah. Dalam cinta, kadang yang perlu diperbarui bukan pasangannya, tapi kepercayaan dalam diri sendiri. Jangan mencari cinta yang sempurna, tapi belajarlah menulis cinta yang jujur.

Hidup juga seperti jaringan, Nak. Setiap hubungan adalah connection yang perlu dijaga kestabilannya. Kadang sinyalnya kuat, kadang hilang. Jangan cepat memutuskan disconnect hanya karena gangguan kecil. Tunggulah, perbaiki sinyalnya, komunikasikan masalahnya. Karena cinta sejati bukan tentang koneksi yang selalu lancar, tapi tentang dua orang yang sama-sama mau memperbaikinya ketika lag.

Dan jangan mudah tergoda oleh tampilan luar. Dunia penuh ilusi, entah itu antarmuka aplikasi yang indah tapi kosong, atau senyum manis yang tak sepenuh hati. Cinta sejati, Nak, bukan tentang siapa yang paling memukau di layar, tapi siapa yang tetap tinggal di sistemmu meski semua sedang down.

Bapak ingin kamu belajar dari kesalahan Bapak. Cinta yang terburu-buru hanya meninggalkan tumpukan khawatir di hati. Tapi dari situlah Bapak belajar tentang makna sabar bahwa cinta yang benar bukan tentang ingin segera memiliki, melainkan tentang berani memperbaiki dan menunggu waktu yang tepat untuk berjalan berdua lagi, tanpa crash.

Dan di atas semua itu, jangan lupa bahwa cinta sejati bersumber dari Tuhan. Seperti captain utama yang menopang seluruh pemain di dalam tim, cinta kepada-Nya adalah fondasi paling kuat. Jika fondasimu kokoh, kamu tak akan mudah rusak meski dunia seakan runtuh tanpa tersisa apapun.

Teruslah belajar, Nak. Upgrade ilmumu, tapi jangan lupa upgrade hatimu juga. Dunia akan terus berubah, tapi nilai-nilai sabar, jujur, dan kasih sayang akan selalu kompatibel dengan setiap zaman. Ingatlah, hati yang sabar adalah firewall terbaik dari kekecewaan.

Bapak, mu
Fanny Indra Pratama


Tidak ada komentar :

Posting Komentar